Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Bambang Soesatyo mengkhawatirkan adanya `skenario` untuk menyelamatkan orang-orang tertentu, terkait dengan tertangkapnya tersangka kasus dugaan suap Wisma Atlet, M Nazarudin.
"Saya khawatir, kalau tidak diawasi publik, nyanyian Nazar yang semula merdu bagi pegiat antikorupsi menjadi sumbang untuk menyelamatkan pihak-pihak yang pernah dituding Nazar," katanya di Jakarta, Selasa.
Menurut Bambang, bukan tidak mungkin ada skenario baru, bahwa Nazaruddin dijanjikan keringanan hukuman, dengan seolah-olah dianggap peniup terompet dan mendapatkan perlindungan dari lembaga perlindungan saksi, namun diarahkan kesaksiannya pada figur tertentu saja yang memang akan dikorbankan untuk menyelamatkan kepentingan yang lebih besar bagi pihak-pihak yang selama ini dituding Nazar.
"Tertangkapnya Nazaruddin membuat panas dingin sejumlah pihak yang namanya sempat disebut Nazar," katanya.
Bambang memprediksikan, pihak-pihak yang selama ini disebut-sebut oleh Nazarudin pasti tidak akan tinggal diam. Suka atau tidak suka, tambahnya kerusakan yangg dibuat Nazarudin lewat tudingannya selama dalam pelarian sangat luar biasa bagi Partai Demokrat dan beberapa elitnya. Sehingga, mau tidak mau, pasti ada pihak yang menginginkan Nazar memperbaiki atau paling tidak memperkecil kerusakan itu.
Jika hal itu terjadi, ujar Bambang, maka harapan publik dengan tertangkapnya Nazar akan mampu membuka kotak pandora kejahatan korupsi yang merupakan puncak gunung es akan pupus, dan akan menjadi antiklimaks seperti kasus Susno Duadji.
Untuk menghindari hal itu, kata Bambang, maka menjadi penting KPK dengan pengawasan dari publik langsung mengamankan Nazarudin menjadi tahanan KPK. Pada saat bersamaan, dia mengharapkan Komisi Etik KPK pada kesempatan pertama masuk memeriksa Nazaruddin.
"Agar informasi yang diperoleh benar-benar memiliki kualitas hukum yang memadai sebelum sempat ada pihak-pihak yang mencoba mengkondisikannya," kata Bambang.
Nazaruddin tertangkap di Kolumbia pada Minggu, setelah tiga bulan kabur ke luar negeri, namun pada paspornya tertera nama Syarifuddin. Dia dilaporkan pernah bersembunyi di Singapura, Vietnam, Malaysia, Argentina, dan terakhir di Kolumbia.
"Saya khawatir, kalau tidak diawasi publik, nyanyian Nazar yang semula merdu bagi pegiat antikorupsi menjadi sumbang untuk menyelamatkan pihak-pihak yang pernah dituding Nazar," katanya di Jakarta, Selasa.
Menurut Bambang, bukan tidak mungkin ada skenario baru, bahwa Nazaruddin dijanjikan keringanan hukuman, dengan seolah-olah dianggap peniup terompet dan mendapatkan perlindungan dari lembaga perlindungan saksi, namun diarahkan kesaksiannya pada figur tertentu saja yang memang akan dikorbankan untuk menyelamatkan kepentingan yang lebih besar bagi pihak-pihak yang selama ini dituding Nazar.
"Tertangkapnya Nazaruddin membuat panas dingin sejumlah pihak yang namanya sempat disebut Nazar," katanya.
Bambang memprediksikan, pihak-pihak yang selama ini disebut-sebut oleh Nazarudin pasti tidak akan tinggal diam. Suka atau tidak suka, tambahnya kerusakan yangg dibuat Nazarudin lewat tudingannya selama dalam pelarian sangat luar biasa bagi Partai Demokrat dan beberapa elitnya. Sehingga, mau tidak mau, pasti ada pihak yang menginginkan Nazar memperbaiki atau paling tidak memperkecil kerusakan itu.
Jika hal itu terjadi, ujar Bambang, maka harapan publik dengan tertangkapnya Nazar akan mampu membuka kotak pandora kejahatan korupsi yang merupakan puncak gunung es akan pupus, dan akan menjadi antiklimaks seperti kasus Susno Duadji.
Untuk menghindari hal itu, kata Bambang, maka menjadi penting KPK dengan pengawasan dari publik langsung mengamankan Nazarudin menjadi tahanan KPK. Pada saat bersamaan, dia mengharapkan Komisi Etik KPK pada kesempatan pertama masuk memeriksa Nazaruddin.
"Agar informasi yang diperoleh benar-benar memiliki kualitas hukum yang memadai sebelum sempat ada pihak-pihak yang mencoba mengkondisikannya," kata Bambang.
Nazaruddin tertangkap di Kolumbia pada Minggu, setelah tiga bulan kabur ke luar negeri, namun pada paspornya tertera nama Syarifuddin. Dia dilaporkan pernah bersembunyi di Singapura, Vietnam, Malaysia, Argentina, dan terakhir di Kolumbia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar